Produsen Mobil Kerek Harga
Rupiah Anjlok, Suku Bunga Melejit
SENIN, 06 AGUSTUS 2018 , 09:02:00 WIB
Foto/Net
RMOL. Terus rontoknya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan naiknya suku bunga bank membuat produsen mobil pusing. Pasalnya, biaya produksi menjadi makin membengkak. Tak ada jalan lain selain mengkerek harga mobil.
Direktur Pemasaran dan Penjualan PT Mitsubishi Motor Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI) Irwan Kuncoro mengatakan, Mitsubishi per 1 Agustus sudah menaikkan lagi harga jual mobil. Hal ini disebabkan oleh nilai tukar rupiah yang rontok dan naiknya suku bunga.
"Jika dilihat dari sisi makro ekonomi oke. Tapi rupiah melemah dan suku bunga naik," ujarnya di Jakarta, akhir pekan lalu.
Menurut Irwan, kurs dampaknya sangat besar ke biaya produksi. Karena itu, ketika sudah di atas proyeksi, perseroan harus menyesuaikan harga.
Namun, kata dia, konsumen yang sudah melakukan Surat Pemesanan Kendaraan (SPK) Xpander tidak perlu khawatir. Sebab, tidak kena harga baru. "Harga baru hanya untuk pemesanan baru," katanya.
Dia menambahkan, kenaikan harga ini juga akan dibarengi program-program marketing yang bisa meringankan beban konsumen. "Program itu agar konsumen tak terasa," ujarnya.
GM Lexus Indonesia Adrian Tirtadjaja mengatakan, berencana menaikkan harga jual Lexus. Hal ini disebabkan oleh melemahnya nilai tukar rupiah. "Dalam dua bulan ke depan mungkin ada kenaikan karena kurs," ujarnya.
Produsen mobil mewah ini sedang menghitung kenaikan harga yang ideal supaya tidak memberatkan konsumen setia. Menurut dia, konsumen akan memahaminya dan tidak akan mengganggu target penjualan.
Bertahan
Sementara, Direktur Pemasaran dan Purnajual PT Honda Prospect Motor (HPM) Jonfis Fandy mengatakan, Honda belum berencana mengerek harga mobilnya meski kurs terus melemah. "Belum kami putuskan nantinya bagaimana. Pastinya di GIIAS (Gaikindo Indonesia International Auto Show) kami belum menaikkan harga," katanya.
Jonfis menjelaskan, alasan Honda belum merevisi harga. Salah satunya adalah karena produksi mobil Honda dilakukan di dalam negeri. Alhasil, melemahnya kurs masih bisa ditekan. "Mungkin kalau impor pengaruhnya besar. Memang terpengaruh, tapi kami belum putuskan," ujar Jonfis.
Executive General Manager PT Toyota Astra Motor (TAM) Fransiscus Soerjopranoto mengatakan, Toyota juga belum berencana menaikkan harga dalam waktu dekat. Perseroan melihat pemerintah sedang berusaha menjinakkan dolar AS. "Untuk saat ini kami belum akan menaikkan harga," katanya.
Hal senada juga dikatakan oleh Marketing Director 4W PT Suzuki Indomobil Sales Donny Ismi Saputra. Kurs bukan satu-satunya yang mempengaruhi biaya produksi.
Untuk menghadapi masalah ekonomi saat ini, SIS memiliki beberapa strategi yang dilakukan di antaranya adalah dengan memfokuskan produk-produk yang biaya produksi untuk komponennya berada di Indonesia.
"Salah satu contohnya New Ertiga, lokal komponen kita kan udah sampai di angka 84 persen, jadi efek ke harga dari kurs tersebut tidak terlalu signifikan, jadi lebih ke faktor internal saja," papar Donny. ***
Komentar Pembaca
First-Ever BMW i8, Mobil Listrik Buat Mania..
SELASA, 08 JANUARI 2019
Cuma Ada 40 Unit
RABU, 21 NOVEMBER 2018